Pertama; Covid mengajari kita “bersyukur”. Kenapa bersyukur padahal covid membuat kita bergerak secara terbatas hanya di rumah. Kegiatan kita juga terbatas, penghasilan kita juga menjadi terbatas. Pergaulan kita menjadi terbatas, kegiatan ibadah kita juga menjadi terbatas. Pokoknya semua terbatas. Kita bersyukur dalam suasana keterbatasan tersebut karena kita tetap sehat. Coba lihat banyak orang yang kena dan terpaksa di rawat di rumah sakit dan tidak boleh dikunjungi keluarga. Bahkan kalau dia wafat pun diperlakukan secara khusus dan pihak keluarga hanya melihat dari jauh saja. Karena itu kita harus bersyukur tetap sehat.
Kedua; Covid mengajari kita untuk tetap sabar. Sabar artinya tidak ngomel, kesal dan marah dengan situasi. Tapi kita menerimanya sebagai cobaan/ujian dari Allah. Sabar juga bermakna mentaati ketentuan ahli kesehatan/ pemerintah dalam suasana covid, physical distance, selalu cuci tangan, jaga jarak dan pakai masker. Dengan sabar tersebut kita akan menikmati suasana “stay at home”. Ada berita orang menjadi stress karena jenuh tinggal di rumah selama ber-hari-hari. Ada orang yang gampang marah-marah dan banyak lagi tingkah laku orang yang bosan dan kesal. Karena itu kita harus sabar dan upayakan menikmati suasana di rumah yang selama ini sangat terbatas, Ketemunya dengan suami/isteri, anak dan cucu hanya pada malam hari. Covid memberi peluang mengintensivekan hubungan keluarga menjadi lebih dekat dan terbuka.
Ketiga; Covid mengajarkan kepada kita harus “hemat”. Hemat artinya membeli sesuatu yang memang dibutuhkan. Kalau tidak atau kurang dibutuhkan tunda dulu.Kalau peralatan masih bisa dipakai atau diperbaiki, pakai dan perbaikilah tidak usah membeli yang baru. Kalau selama ini makan banyak jajannya, sekarang cukup memasak sendiri dengan sayur dan buah seadanya namun cukup kadar gizinya. Karena covid belum bisa diramal akpan akan berakhirnya. Sementara penghasilan kita berkurang. Jadi harus pandai mengatur keuangan. Bisa menyimak cerita Nabi Yusu falam alqur’an yang menasehati raja Mesir untuk “hidup berencana”. Ketika penghasilan ada tidak dihabiskan?diboroskan tapi dipakai seperlunya dan nanti ketika datang masa sulit, kita bisa mengatasinya dengan baik.
Keempat; Covid mengajari kita “lebih mandiri”, Kalau selama ini banyak pekerjaan yang dilakukan oleh asisten rumah tangga , maka selama covid tugas asisten rumah tangga dikurangi, merapikan rumah bagian dalam bukan tugasnya.
Kelima; Covid mengajarkan kepada kita bahwa dalam beragama (Islam) itu “mudah”. Bila tidak bisa di masjid, di rumah saja untuk sholat berjamaah, tarawih dan juga sholat ied. Bila kita sulit air kita bisa tayamum. Bila kita dalam perjalanan kita bisa sholat qashar dan jamak. Semua itu memberi kemudahan. Hanya jangan sampai islam itu “dipermudah”. Yang penting semua kewajiban itu tetap dilaksanakan. Karena itu dalam mencari nafkah dan bekerja, sesibuk apapun kita jangan lupakan sholat. Jangan karena sibuk sholat dilakukan diakhir waktu.
Al-Qoshos ayat 77
Sebagai nasehat penutup; diingatkan tujuan kita hidupseperti disebut dalam alqur’an Tidaklah kita diciptakan Allah kecuali untuk beribadah kepadaNya. Juga disebutkan hidup kita harus dibuat seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat. Jangan hanya mementingkan dunia saja lalu melupakan akirat. Jangsn Ipula mengejar akhirat saja lalu melupakan kehidupan dunia. Islam sudah mengatur kesimbangan tersebut selalu diwujudkan setiap hari. Di tengah kita sibuk bekerja dan berkomunikasi disediakan lima waktu untuk istirahat sejenak menghadap dan berkomunikasi dengan Tuhan.
1 comment:
Mantabb. Ikut nyimak dan memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Post a Comment