Wednesday, September 29, 2021

Peran Mahasiswa Manajemen Pendidikan/Administrasi Pendidikan Sebagai Pahlawan Pendidikan Indonesia


 

Judul makalah yang diminta oleh IMMAPSI (Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan / Administrasi Pendidikan Seluruh Indonesia) adalah “Peran Mahasiswa Manajemen Pendidikan/Administrasi Pendidikan Sebagai Pahlawan Pendidikan Indonesia”. Judul ini menunjukkan tekad dan harapan mulia para mahasisa Prodi Manajemen / Administrasi Pendidikan di seluruh Indonesia.  Untuk itu mari kita applous IMMAPSI

 

Tekad dan harapan IMMAPSI ini harus diperjuangkan dan harus menjadi motivasi bagi setiap mahasiswa MP/AP. Tekad dan harapan tersebut secara jelas menuntut lulusan Prodi MP/AP ini harus mampu berbuat sesuatu yang "besar" yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,

sehingga mereka dikenang sebagai "pahlawan pendidikan". 

 

Pertanyaannya “sesuatu yang besar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam bidang pendidikan itu apa?.

 

Coba kita perhatikan saat ini,  bahwa tantangan terbesar dalam bidang pendidikan saat ini adalah persoalan “mutu pendidikan”. Bukankah sekolah bermutu identik dengan sekolah “mahal”. Dan

sekolah “murah” identik pula dengan sekolah “murahan". Sekolah mahal hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas yang jumlahnya terbatas. Sekolah murah yang jumlahnya sangat banyak dinikmati oleh orang miskin. Bila kondisi seperti ini terus berlangsung, maka akan terjadi "gap” yang tajam antara anak orang kaya dan anak orang miskin dalam menikmati pendidikan.

 

Karena itu tantangan kita adalah membuat "sekolah bermutu tapi murah”. Bila ini bisa diwujudkan, maka semua anak bangsa mempunyai kesempatan yang sama untuk menikmati “sekolah bermutu” dan “gap" antara anak orang kaya dan miskin dalam pendidikan tidak terjadi. Mungkin inilah “sesuatu yang besar yang bisa dinikmati oleh banyak orang yang akan menjadikan lulusan MP/AP dapat menjadi “Pahlawan Pendidikan”.

 

Kemudian timbul pertanyaan. Mungkinkah Program Studi Manajemen Pendidikan / Administrasi Pendidikan dapat mewujudkan itu?

 

 

Dalam perkuliahan di Program Studi Manajemen Pendidikan di FITK UIN Jakarta, seorang mahasiswa menanyakan kenapa banyak sekali mata kuliah manajemen di prodi MP, namun ketika kuliah praktek (PPTK), kami justru diisi dengan "praktek mengajar" yang bukan menjadi kurikulum utamanya ?. Jumlah mata kuliah di Program Studi Manajemen Pendidikan berjumlah 55.  Mata kuliah yang menyangkut manajemen berjumlah 40, sedangkan mata kuliah keguruan hanya 5 (strategi pembelajartan, belajar dan pembelajaran, pengajaran mikro, perencanaan pembelajaran dan evaluasi Pembelajaran). 

 

Pertanyaan lain kenapa lulusan Program Studi Manajemen Pendidikan sulit mencari kerja dan kebanyakan mereka akhirnya menjadi guru?

 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya ajak mahasiswa untuk mengenali kenapa dibukanya prodi MP di perguruan tinggi di lingkungan Kementerian Agama.

 

Kehadiran Fakultas Tarbiyah di lingkungan Kementerian Agama adalah menyiapkan guru agama di sekolah umum yang handal dan menyiapkan tenaga pengelola pendidikan yang professional. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas Pendidikan agama di sekolah umum dan kualitas lembaga madrasah, dan pesantren.

 

Program Studi Manajemen Pendidikan (dulunya di UIN Jakarta disebut Jurusan Administrasi Pendidikan), diharapkan dapat mengisi tugas menyiapkan tenaga pengelola madrasah dan pesantren yang handal yang mampu membuat sekolah “sehat" dan "bermutu”. Sekolah bermutu harus diawali dengan sekolah sehat. Artinya masalah-masalah (penyakit) yang ada sekolah harus disehatkan dulu. Harus ditemukan kenapa tidak sehat? Apa yang menyebabkan dia tidak sehat. Jadi mengenali masalah, memotret potensi yang ada di sekolah, mencarikan jalan keluar dari masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada adalah tugas manajemen yang menjadi keahlian program studi Manajemen Pendidikan/Administrasi Pendidikan.

 

Sekolah yang berkualitas hanya akan lahir dari sekolah yang sehat. Sekolah sehatlah yang mampu berinovasi dan berkreasi , di mana para murid dan guru dengan senang dan gembira belajar, bermain dan berkreasi serta berinovasi. Bukankah indikator sekolah bermutu adalah sekolah itu diperebutkan, sekolah di mana murid, orang tua dan guru senang dan bangga dengan sekolahnya, sekolah yang lulusannya diterima di mana-mana. Bermutu di sini bukan ukurannya NEM yang tinggi dan fasilitas belajar yang wah. Tapi lebih ditekankan pada proses belajar dan mengajar yang handal, yang dapat merubah seorang murid dari tak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari nakal menjadi baik. Dari tidak mandiri menjadi mandiri, dari tidak kraetif menjadi kreatif, dari kurang bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab, dari tidak rajin ibadah menjadi rajin beribadah dst. Mutu disini lebih ditekankan pada "best process" bukan pada "best input", sesuai dengan karakteristeik LPI yang populis.

 

Oleh karena itu Program Studi Manajemen Pendidikan harus memposisikan dirinya untuk menyiapkan lulusan yang siap menjadi "dokter sekolah". Artinya program studi Manajemen Pendidikan memiliki kompetensi menyehatkan sekolah yang tidak sehat dan mengobati sekolah yang sakit tak ubahnya seperti seorang calon dokter yang disiapkan oleh fakultas Kedokteran. Dengan sekolah yang sehat maka mutu akan gampang dicapai dan persaingan menjadi suatu hal yang biasa dan tidak perlu ditakuti.

 

Sebagai prodi yang menyiapkan calon "dokter sekolah”, maka perlu dibenahi struktur kurikulum prodi MP. Saat ini mata kuliah manajemen banyak dan masing-masing berdiri sendiri. Kesan tumpang tindah antara satu mata kuliah dengan mata kuliah yang lain tidak dapat dihindari. Demikian juga prodi MP perlu menyiapkan tempat praktek bagi mahasiswa yang dapat berupa "Bengkel Sekolah" ataupun menunjuk beberapa "sekolah yang kurang sehat dan sakit" menjadi tempat prakteknya.

Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) yang selama ini diisi dengan praktek mengajar bagi anak-anak MP harus ditinggalkan, diganti dengan praktek atau pendampingan terhadap sekolah yang sakit atau tidak sehat.

 

Dengan posisi seperti ini maka tidak akan ada lulusan program studi Manajemen Pendidikan nganggur, sulit mendapat pekerjaan. Karena begitu banyak dan tersebar di polosok tanah air sekolah yang tidak sehat dan sekolah yang sakit. Mereka menunggu uluran tangan dan semangat mengabdi dari lulusan program studi Manajemen Pendidikan. Dengan membuat sekolah sehat, maka secara tidak langsung program studi Manajemen Pendidikan/Administrasi Pendidikan akan dinikmati oleh banyak orang miskin dan dikenang sebagai “pahlawan" di bidang pendidikan.

 

Kemampuan  program studi Manajemen Pendidikan untuk menyehatkan sekolah dan mengobati sekolah yang sakit, merupakan kompetensi  program studi Manajemen Pendidikan yang mempunyai "nilai jual" dan "daya saing” yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan global yang telah ada di hadapan kita, (AFTA /  MEA pada level Asean tahun 2015 ataupun level APEC (Asia Pasifik Economic Cooperation) tahun 2020.

 

Untuk mewujudkan tekad ini, maka perlu "kerja keras", kerja terprogram, kerja bersama

saling dukung baik dosen, mahasiswa, pimpinan fakultas, universitas dan pemerintah.

 

 

HR Bambuapus, 7 Nopember 2016

 

 

Tulisan ini disampaikan dalam Seminar IMMAPSI (ikatan Mahasiswa Manajemen/Administrasi Pendidikan Seluruh Indonesia) 09 Nopember 2016 di UIN Jakarta

 

No comments: