Thursday, March 19, 2009

Tiga Tantangan Makro Akademik dalam Pengembangan IAIN

Makalah dalam rapat senat IAIN Sultan Syarif Qasim tanggal 28 Desember 2002 di Hotel Sahid Pekanbaru, Riau
Dunia pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal, bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Tingkat daya saing dan mutu pendidikannya masih sangat rendah. Keadaan ini diperparah oleh krisis dahsayat yang menimpa negeri ini sejak tiga tahun yang lalu. Mutu pendidikan di Indonesia pun masih mengalami ketimpangan antar wilayah, khususnya antara Jawa dan Luar Jawa. Kenyataan ini dengan sendirinya menciptakan ketimpangan sumberdaya manusia unggul. Secara umum terjadi penumpukkan tenaga-tenaga terlatih di wilayah tertentu seperti di Jawa, sementara di wilayah lain terjadi kekuarangan tenaga yang memiliki kualifikasi tinggi. Secara sosiologis hal ini menimbulkan kekhawatiran dan kecemburuan tenaga-tenaga kerja lokal terhadap tenaga-tenaga pendatang yang lebih profesional. Konsekuensi lebih lanjut dari keadaan ini adalah munculnya isu yang kurang proporisonal mengenai putra daerah dan sekaligus berpotensi munculnya ancaman disintegrasi bangsa. Tiga tantangan akademik makro Pendidikan Tinggi Islam Indonesia
  • Pertama; pendidikan tinggi Islam harus mampu menjawab kebutuhan integrasi kajian keislaman dengan tradisi modern dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini bermakna IAIN harus segera menyelesaikan secara akademik isu pemisahan ilmu agama dan ilmu umum. Dengan kata lain diperlukan upaya memadukan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum secara akademik. IAIN terlalu asyik dengan kajian keislaman an sich meskipun secara doctrinal ikut berusaha mengembangkan gagasan integrasi dalam bidang keilmuan. Tetapi dengan format akademik IAIN seperti sekarang bagaimanapun sangat tidak mungkin untuk melakukan usaha semacam islamisasi ilmu pengetahuan. Upaya itu akan lebih pas bila dilakukan pada UIN yang mempunyai fakultas dan dosen bidang studi umum.
  • Kedua; tantangan yang berkaitan dengan masalah kajian keislaman (Islamic studies) itu sendiri. Dalam perkembangan kontemporer, kajian keislaman tidak hanya menjadi perhatian tradisi akademik Timur Tengah dan wilayah-wilayah sentral Islam lainnya. , tapi muncul juga kajian keislaman ala Barat. Kajian keislaman ala barat pada awalnya tidak terlepas dari tradisi misionarisme, kolonialisme, dan orientalisme yang cenderung berdiri sebagai satu disiplin atau bidang kajian tersendiri. Kajian ala Barat mempunyai kekuatan pada metodologi dan analisis yang komperatif . Sedangkan kajian keislaman ala Timur Tengah mempunyai kekuatan pada penguasan substansi keislaman (ilmu-ilmu sumber).
  • Ketiga: tantangan yang berkaitan dengan pem,bangunan Indonesia sendiri, khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia keagamaan sendiri. Profesi-profesi yang berbasis keagamaan seperti guru agama, muballig, kiayi, hakim agama, pimpinan organisasi, tenaga penggerak masyarakat (community development), pemandu wisata keagamaan, penerjemah dan lain-lain belum mendapat perhatian serius secara akademik.. IAIN memang telah menghasilkan tenaga-tenaga yang bertugas seperti profesi tadi, namun kualitas profesionalnya masih kurang, karena memang belum disiapkan secara akademik melalui program professional
Penanganan atas tiga tantangan di muka memerlukan ketegasan visi akademik bagi masing-masing institusi pendidikan tinggi Islam yaitu , sekolah tinggi, institut dan universitas Islam. Dalam hal ini kebijakan penganekaragaman kelembagaan pendidikan tinggi Islam perlu di upayakan, sehingga masing-masing dapat memokuskan diri dengan tetap saling melengkapi.. Dalam hal STAI, IAIN dan UIN, format kelembagaan akademiknya dapat diarahkan sebagai berikut: STAIN
  • Arah pengembangan akademiknya: Pendidikan dan pelatihan dalam bidang profesi keagamaan, yang mengutamakan kematangan ketrampilan dengan penguasaan wawasan dan etika keislaman yang cukup;
  • Tekanan produk akademiknya : Tenaga professional keagamaan, seperti guru agama, hakim agama, juru dakwah, praktisi perbankan syariah dll.
IAIN
  • Arah pengembangan akademiknya: Kajian keislaman dalam berbagai bidang kajian seperti tafsir, hadist, fiqh, tauhid, sejarah islam dll dengan menggunakan pendekatan kajian kritis dan objektif
  • Tekanan produk akademiknya: Ulama-intelektual dan pemikir keislaman yang mendalami masalah doktrin dan manifestasi ajaran islam dalam konteks perkembangan masyarakat yang terus berubah.
UIN
  • Arah pengembangan akademiknya : Pemaduan ilmu keagamaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (pemaduan imtaq dan iptek)
  • Tekanan produk akademiknya: Ilmuan muslim dalam bidang-bidang non agama dengan wawasan keagamaan yang luas, dan ahli agama yang memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (intelektual yang ulama dan ulama yang intelektual).
Jakarta, 28 Desember 2002

No comments: