Thursday, March 19, 2009

Tantangan Perguruan Tinggi Memasuki Era AFTA 2003

Makalah dalam seminar “Tantangan Perguruan Tinggi Memasuki Era AFTA 2003 dalam kegiatan Pameran Pendidikan Indonesia 2003 di Hotel Sahid Jakarta, tanggal 5 April 2003
  • Visi dan tekad PT Indonesia memasuki era afta 2003 adalah Pendidikan Indonesia bertaraf dunia (international standard).
  • AFTA merupakan era perdagangan bebas pada level asean dengan cirr terjadinya liberalisasi perdagangan termasuk jasa pendidikan. Gejala yang mulai tampak:Banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar ke luar negeri dengan biaya sendiri dfan mahal, untuk mendapatkan PT yang baik dan bermutu Lihat iklan-iklan di Koran dan majalah Indonesia yang hampir setiap hari menawarkan PT LN (Melbourne + 11.000 , Penang + 15.000); Munculnya PT atau lembaga pendidikan asing yang beroperasi di Indonesia, dengan berbagai modus operandinya; Maraknya kegiatan dengan pola twinning atau franchising; Lembaga pendidikan asing yang menawarkan program melalui pendidikan jarak jauh; Banyaknya tenaga asing pada level konsultan terutama untuik proyek2 bantuan/pinjaman luar negeri.
  • Dilema dan posisi PT Indonesia:
  • Keterpurukan Pendidikan Indonesia: a)Pendidikan di Indonesia tampaknya gagal menghasilkan SDM yang berkualitas. Secara nasional dunia pendidikan Indonesia terpuruk. Berdasarkan data UNDP tahun 2002, Dari 170 negara di dunia, Indonesia berada pada posisi /rangking ke 110. Pada tahun sebelumnya (2001 - dirangking 102 dari 162 negara) ). Parahnya lagi kita tertinggal jauh dari negara tetangga ASEAN. Singapura menduduki rangking 25, Brunai 32, Malaysia 59, Thailand 70 dan Philipina 77. Kita dibawah juga dari vietnam (rangking 109); b). Pada level perguruan tinggi; Dari 77 peserta universitas multi disiplin di Asia, Australia dan Selandia Baru, UI menduduki peringkat 61, UGM 68, Undip 73 dan Unair 75; Dari 39 universitas Science and Technology, ITB menduduki peringkat 21. Bandingkan dengan universitas di Malaysia: University of Malaya 47, Putra University of Malaysia 52, semua di atas UI yang kita anggap terbaik. University of Philipine 48, dan Jawahral Nehru University India 37; c)Daya saing Indonesia urutan ke 44 dari 53 negara (World Economic Forum, 2000), atau urutan ke 49 dari 49 negara (= paling rendah!) (Institute Management for Development); d)Kemampuan membaca anak SD/MI Indonesia urutan ke-38 dari 39 negara (Laporan IEA, International Education Achievement, 1999); e)Stake houlder PT tidak dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanan PT. PT adalah lembaga pelayanan jasa pendidikan, yang seharusnya dalam melaksanakan kegiatannya harus selalu berupaya memenuhi keinginan pelanggan. Pelanggan adalah kelompok orang/masyarakat yang mempunyai kepentingan langsung maupun tidak langsung atas pelaksanaan pendidikan maupun hasil-hasilnya. Mereka ini disebut stake houlder yaitu: mahasiswa, orang tua mahasiswa, staf perguruan tinggi, masyarakat/pengguna hasil PT dan pemerintah.
  • Harapan mahasiswa: Memperoleh kematangan pribadi, mendfapatkan ketrtampilan dan ilmu pengetahuan sebagai bekal mencari pekerjaan yang layak.
  • Calon mahasiswa berusaha mencari lembaga pendidikan bermutu dan jurusan yang sesuai dengan minatnya. Realitasnya kecil sekali yang bisa mendapatkannya. Kebanyakan asal diterima di PT, asal kuliah dan mendapat gelar sarjana.
  • Gelar masih mendapat penghargaan tinggi dalam masyarakat. Ini mendorong mengutamakan gelar dari pada isi pendidikan dan juga yang membuat program-program non gelar tidak menarik. Padahal program non gelar lebih pendek dan diarahkan mengisi lapangan kerja riel. Akibat lainnya
  • Munculnya berbagai PT pada level kabupaten dengan jurusan dan program studi yang tidak membuka lapangan kerja baru.. Lihat data kejenuhan berbagai jurusan dan program studi sebagaimana hasil studi Bappenas, Diknas , Depnaker dan BPS tahun 1990/1991.
  • Harapan orang tua: (pembayar biaya kuliah bila perlu dg menjual berbagai hartanya) agar anak mereke selepas kuliah “pintar/smart” dalam arti trampil, berilmu dan berahlak baik dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
  • Harapan staf PT: perlu suasana yang kondusif s\dalam arti punya harapan masa depan, peningkatan karier, insentif dan penghargaan yang layak dan pantas.
  • Harapan masyarakat/ pengguna hasil PT; Lulusan PT dapat bekerja sesuai ttrampil dan mahir sesuai dengan keahliannya sehingga industri diuntungkan tanpa harus mendidik mereka lagi.
  • Masih tampak jelas terjadinya kesenjangan antara produk PT dengan kebutuhan tenaga pada perusahaan dan lembaga industri lainnya. Kesenjangan terseubt mencakup jumlah, jenis keahlian dan tingkat kemampuan.
  • Keterkaitan PT dangan industri dicerminkan oleh Industri merasa diuntungkan dan PT merasa diberdayakan.
  • Pemerintah sebagai penanggung jawab system pendidikan nasional bertugas dalam pengaturan, pengawasan, evaluasi dan mensupport/membina PT
  • PT harus berusaha mencapai internasional standar melalui:Twinning, Franchising, dan Mencapai international standard organization (ISO)
  • Upaya membatasi arus masuknya PT asing adalah dengan membuat standardisasi lembaga pendidikan yang disusun secara transparan dengan melibatkan semua stakehoulder serta penegakan hukum bagi yang melanggar. Di sisin lain pemerintah memacu dan mensupport lembaga pendidikan tinggi yang belum memenuhi standar untuk mencapai standar tersebut., bukan dengan menurunkan standar.
HR Bambuapus, 5 April 2003

No comments: