Wednesday, August 25, 2021

40 Tahun Persahabatan


Mengenang Prof.Dr. Adriaan Karel Steenbrink

 Kami memanggilnya Pak Karel. Seorang peneliti Belanda yang mengkaji tentang Islam di Indonesia. Disertasinya berjudul Recente Ontwikkelingen in Indonesisch Islamonderricht di Katholieke Unversiteit Nijmegen, Belanda. Disertasi ini sudah diterjemahkan kebahasa Indonesia denga judul “Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern”, terbit tahun 1986


Perkenalan pertama dengan Pak Karel ketika Pak Alamsyah Ratu Perwira Negara menjadi Menteri Agama (beliau sebelumnya Duta Besar di Negeri Belanda) membuka program kerjasama Indonesia Belanda untuk Pendidikan. Di Belanda Program ini berada di  Ministerie Van Samenwerking (Kementerian Kerjasama).  Salah  satu programnya meningkatkan mutu dosen IAIN. Dalam Program Kerjasama inilah Pak Karel ditugaskan “mempersiapkan calon-calon dosen yang tengah mengikuti program Doktor Dosen  IAIN”  untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan disertasinya selama satu tahun di Belanda. Persiapan tersebut antara lain  belajar Bahasa Belanda termasuk membaca berbagai dokumen dan manuskrip serta mengadakan  diskusi-diskusi tentang  hasil studi orang Barat terhadap Islam.  


Program ini sempat mengirim empat Angkatan peserta program doktor IAIN. Kemudian program ini dilanjutkan dengan Program INIS (Indonesian Netherlands Cooperation in Islamic Studies) antara Departemen Agama denga Universitas Leiden. Program ini kemudian dihapuskan karena IAIN sudah memiliki Program Pasca Sarjana. Sebelumnya karena masih kurangnya dosen bergelar doktor, IAIN belum diizinkan membuka program Pasca sarjana. Program doktor IAIN adalah jembatan awal untuk menghasilkan doktor di kalangan IAIN ketika masih langka dosen bergelar doktor.  



Saya masuk dalam Angkatan ketiga yang dikirim ke Belanda  tahun 1983-1984. Di Belanda group kami diberi dipanggil dengan “Islamologen groep” (kelompok Islamolog).    Angkatan kami terdiri dari  10 orang  dosen IAIN. Tujuh orang dari   IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dua orang  dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan satu orang dari  IAIN Alauddin Ujung Pandang. 

Di Belanda kami diberi status sebagai mahasiswa post graduate di Universitas Leiden dan Pak Karel sebagai  mentor yang mengatur pembelajaran bersama dengan pihak universitas.  Keadaan itu memperakrab hubungan kami  dengan Pak karel dan keluarganya (mevrouw Paule Maas dan kedua anaknya Floris dan Stijn). Pak Karel sendiri merupakan salah seorang penguji eksternal disertasiku di samping Prof. Dr. Mulyanto Sumardi dan Prof. A. Wasit Aulawi MA. Sedangkan promotorku Prof. Harun Nasution dan Prof.dr. Taufik Abdullah.


Setiap pak Karel ke Indonesia baik ketika bersama mevrouw Paule Maas, maupun sendirian, beliau selalu mengabari, sehingga aku dapat mengajak “Islamologen groep”   ketiga menemui dan bertukar cerita serta bahasan dengan beliau . Pak Karel bersama mevrouw dan kedua anaknya Floris  dan Stijn dengan masing-masing pasangannya  ku ajak bersama keluargaku untuk “adventure  to South Sumatra” dengan kenderaan mobil. Mengunjungi Sekolah Gajah di Way Kambas Lampung, kemudian menuju Pagar Alam. Selama di Pagar Alam mereka sempat  mendaki sampai puncak Gunung Dempo dan mengunjungi Pesantren Dempo Darul Muttaqien di Desa Tanjung Menang Pagar Alam . Mereka  juga membawa beberapa bibit bunga Tulip diserahkan ke Pemda Kota Pagar Alam untuk ditanam, tapi tampaknya tidak berhasil. 






Demikian juga ketika aku dan isteriku berkunjung ke Belanda, kami dibawa keliling Belanda mengunjungi berbagai objek yang menarik. 




Keakraban ini selalu menjadi kenangan manis. Selamat Jalan Pak Karel dan semoga mevrouw Paule Maas sehat Kembali. 

250821 HR


Pertemuan terakhir dengan Pak Karel di UIN Jakarta ketika mengisi Public Lecture Oktober 2019.

No comments: