Wednesday, March 18, 2009

Prospek dan Tantangan Prodi Manajemen Islam di Era Kompetisi Global

Makalah makalah pada diskusi panel ”Prospek dan Tantangan Ekonomi dan Manajemen Islam di Era Perdagangan Bebas”, diselenggarakan oleh Program Pasca Sarjana IAIN Raden Fatah Palembang tanggal 24 Desember 2005 di Palembang
  1. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar kelima di dunia, setelah Cina, Rusia, India, dan Amerika Serikat. Masalah pokok pembangunan yang dihadapi Indonesia masa lalu, masa sekarang, dan masa depan adalah kualitas sumber daya manusia Indonesia
  2. Dalam keadaan dunia yang makin terbuka di milenium ketiga, beberapa negara di berbagai kawasan dunia membentuk kawasan perdagangan bebas untuk meniadakan hambatan perdagangan antarnegara. Di kawasan Asia Tenggara dibentuk AFTA, dan kawasan Asia Pasifik membentuk APEC. Keterbukaan pasar bukan hanya untuk komoditi pasar, melainkan termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja asing mencari peluang dan kesempatan kerja bukan hanya di negerinya melainkan juga di luar negeri. Indonesia akan menjadi salah satu kutub pertumbuhan ekonomi dunia di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu banyaknya tenaga profesional asing – baik kelompok bisnis maupun perorangan – yang mencari kerja di Indonesia akan cenderung meningkat, karena Indonesia dianggap sebagai daerah yang menguntungkan dalam praktek bisnis di berbagai sektor pembangunan. Dalam perjanjian perdagangan internasional, AFTA 2003 sudah ada upaya untuk (i) mencegah diskrimisasi penerimaan tenaga profesional berkebangsaan asing, agar mereka diperlakukan secara adil, obyektif, dan transparan serta menjamin kualitas pelayanan, dan (ii) memberlakukan sistem lisensi, sertifikasi, dan akreditasi, termasuk akreditasi perguruan tinggi. Desakan dari luar tersebut harus diimbangi dengan daya saing, ketahanan, dan keunggulan nasional kita.
  3. Persaingan untuk memasuki pasar kerja global menuntut upaya peningkatan mutu lulusan perguruan tinggi, sehingga lulusan harus memiliki kompetensi yang mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi mancanagara, sekurang-kurangnya lulusan perguruan tinggi negara-negara tetangga.
  4. Kesetaraan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia dengan kualifikasi global menuntut upaya peningkatan kualifikasi sumber daya manusia berpendidikan tinggi dari tingkat sarjana menjadi tingkat magister, sehingga kemampuan bersaing SDM Indonesia tidak hanya sebatas mutu kompetensinya, melainkan tingkat pendidikannya. Seperti diketahui, standar kualifikasi tenaga kerja di mancanagara adalah tingkat magister.
  5. Kesetaraan mutu program perguruan tinggi menuntut upaya peningkatan standar mutu program perguruan tinggi di Indonesia yang setara dengan perguruan tinggi mancanagara. Upaya ke arah penyetaraan itu perlu dimulai dengan penentuan baku mutu (benchmark), bukan hanya pada tingkat nasional, melainkan pada tingkat internasional.
  6. Mutu lulusan perguruan tinggi Indonesia di era global harus memiliki daya saing lebih kuat dalam menghadapi arus mobilitas tenaga kerja asing yang mencari kerja di wilayah Indonesia.
  7. Hakekat Program Magister adalah mendidik dan melatih dosen, para pakar, ilmuwan, pimpinan negara dan bisnis, serta tenaga profesi. Mereka akan bekerja di dalam dunia yang berubah dengan cepat di mana ras, gender, suku bangsa, dan faktor-faktor yang terkait menyatu dengan pengetahuan, prestasi, dan bakat untuk memainkan peranan penting dalam menentukan ciri dan bentuk masyarakat di masa yang akan datang. Kemampuan menangani ide dan pendapat yang beragam memungkinkan mereka mampu berinteraksi secara efektif dengan orang-orang pada semua sektor dalam masyarakat di seluruh dunia. Program Magister pada umumnya memiliki dua orientasi yang berbeda, meskipun antara keduanya terdapat persamaan tertentu. Kedua orientasi itu adalah orientasi akademik dan orientasi profesi.
  8. Salah satu hal yang berkaitan dengan upaya perbaikan sistem penyelenggaraan program magister adalah terjadinya perubahan bentuk program magister di Amerika Serikat, yang semula diarahkan pada pendidikan yang menghasilkan peneliti dan akademisi di bidang terkait, ke arah pembekalan mahasiswa untuk melibatkan diri dalam karir industri yang secara kental menuntut keterampilan profesi tertentu dalam bidang terkait.
  9. Bagi Indonesia, seperti halnya di banyak negara lain, pendidikan pascasarjana bertanggung jawab atas kebutuhan dasar negara akan lahirnya pemimpin, para akademisi, profesional dan peneliti masa depan. Namun di atas itu, unsur kontekstual dalam pendidikan pascasarjana harus dapat pula menyumbangkan secara langsung hal-hal yang mencakup kepentingan nasional yang luas dan mendesak, yaitu pembangunan ekonomi, teknologi, dan pengembangan budaya bangsa. Negara kita makin banyak tergantung kepada orang-orang yang menguasai sains dan teknologi dalam usaha mengembangkan industri, mengentaskan kemiskinan dan kelaparan, mengurangi perusakan dan pencemaran lingkungan, meningkatkan kemampuan bersaing dalam industri dan mengembangkan etika berbangsa. Dengan demikian, pendidikan pascasarjana, terutama pada Program Magister, tidak hanya merupakan sumber pemimpin dan ilmuwan masa depan, melainkan juga menjadi sumber pemimpin dalam berbagai bidang sosial, budaya, ekonomi dan teknologi dalam dunia nyata pada waktu sekarang dan di masa depan.
  10. Program Magister sebagai bagian dari pendidikan pascasarjana memiliki tiga karakteristik utama, yaitu bahwa program itu merupakan pendidikan lanjut (advanced), terfokus (concentrated) atau sebaliknya bersifat “broad-based”, dan sifat cendekia (scholarly); Sifat “lanjut” mengandung arti bahwa Program Magister dibangun di atas landasan pendidikan sarjana. Sifat lanjut bagi mahasiswa adalah dalam tingkat pendidikan yang dicapainya, dan penguasaan subyek (subject matter) yang ditekuninya secara lebih luas dan mendalam. Sifat terfokus merupakan karakteristik dari program yang bersifat akademik, sedangkan sifat “broad-based” merupakan karakteristik program profesi. Sifat cendekia berkenaan dengan proses pemerolehan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang selalu dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengatahuan dan proses berfikir ilmiah. Selain ketiga karakteristik utama tersebut, unsur-unsur kontekstual pendidikan pada Program Magister sangat penting untuk difahami, yaitu bahwa dalam Program Magister mahasiswa diberi peluang untuk memperdalam pengetahuan, memperluas wawasan dan meningkatkan keterampilan, serta mengembangkan kematangan intelektual mereka.
  11. Penelitian untuk penulisan tesis bagi mahasiswa jalur program akademik harus memberikan pengalaman langsung dalam metode penelitian primer pada disiplin ilmu terkait. Dengan demikian penelitian yang dilakukannya adalah penelitian dasar (basic research). Sebaliknya penelitian dalam jalur program profesi dimaksudkan untuk menyiapkan mahasiswa supaya dapat segera memasuki karir profesi yang diharapkannya. Penelitian yang dilakukan pada umumnya adalah penelitian terapan (applied research).
  12. Kecenderungan di Amerika Serikat berkenaan dengan penyiapan lulusan untuk memasuki lapangan kerja tertentu, mengisyaratkan bahwa jenis penelitian terapan akan menjadi pilihan sebagian besar mahasiswa Program Magister. Kebutuhan negara berkembang akan hasil penelitian yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah nyata dalam bidang ekonomi dan industri, akan meningkatkan penggunaan penelitian terapan itu dalam penyelesaian studi pada Program Magister.
  13. Arah Program Magister dapat dilihat dari visi dan misi yang diwujudkan dalam sasaran dan tujuan program studi yang akan menentukan kinerja program studi dengan segala komponennya. Dengan kata lain, sasaran dan tujuan menjadi dasar kinerja dan perkembangan Program Magister
  14. Visi program studi, yaitu orientasi pandangan ke masa depan yang lebih baik yang diperkirakan dapat diraih, dengan mengantisipasi kecenderungan perkembangan sejarah, budaya, dan nilai organisasi, dengan kompetensi unik yang menonjol, disertai standar unggulan merujuk kepada cita-cita yang tinggi dan ambisi yang kuat; rangsangan inspirasi, antusiasme dan komitmen kelembagaan; dan terkait dengan visi perguruan tinggi induknya. Misi program studi, yaitu rumusan tugas dan kewajiban dalam rangka perwujudan visi program studi; disertai rancangan tindakan dalam kaitannya dengan Tridarma Perguruan Tinggi, disertai analisis mengenai sampai di mana misi itu telah dilaksanakan oleh program studi, sehingga menjadi arahan yang spesifik untuk merumuskan sasaran dan tujuan program studi.
  15. Sasaran program studi yaitu hal-hal yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan program studi, yang merupakan penjabaran misi program studi, dan dilandasi oleh standar minimal mutu keluaran yang diharapkan, dilengkapi dengan indikator pencapaiannya, sehingga mencerminkan profil kemampuan lulusan yang diharapkan, sesuai dengan tuntutan bidang pekerjaan yang paling mungkin diambilnya disertai dengan kemampuan khusus yang diharapkan untuk memasuki bidang pekerjaan itu.; Tujuan program studi yaitu rumusan mengenai hasil belajar khusus yang diharapkan dalam bentuk: pengetahuan dan pemahaman bidang ilmu khusus tertentu (subject specific knowledge and understanding), keterampilan pokok, termasuk keterampilan kognitif, profesional dan praktis yang berkaitan dengan bidang ilmu khusus tertentu, dan sikap akademik, sosial, pribadi dan profesional; disertai dengan indikator pencapaiannya, upaya untuk mencapai tujuan serta hasilnya. Selanjutnya dijelaskan pula, bagaimana penerapan tujuan program tersebut dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian keberhasilan program studi
  16. RAISE dapat digunakan sebagai kriteria umum. RAISE dapat dijabarkan sebagai berikut : 
    1. Relevansi (Relevancy) merupakan tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil/ keluaran program studi dengan kebutuhan masyarakat di lingkungannya maupun secara global.  
    2. Suasana Akademik (Academic Atmosphere) menunjukkan iklim yang kondusif bagi kegiatan akademik, interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara sesama mahasiswa, maupun antara sesama dosen untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. 
    3. Pengelolaan Institusi (Institutional Management) yang mencakup Kelayakan (Appropriateness) dan Kecukupan (Adequacy). Dimana Kelayakan yang menunjukkan tingkat ketepatan (kesesuaian) unsur masukan, proses, keluaran, maupun tujuan program ditinjau dari ukuran ideal secara normatif, sedangkan Kecukupan menunjukkan tingkat ketercapaian persyaratan ambang yang diperlukan untuk penyelenggaraan suatu program 
    4.  Keberlanjutan (Sustainability) mancakup Keberlanjutan (Sustainability) dan Selektivitas (Selectivity). Dimana Keberlanjutan menggambarkan keberlangsungan program yang dijamin oleh ketersediaan masukan, aktivitas pembelajaran, maupun pencapaian hasil yang optimal, sedangkan Selektivitas menunjukkan bagaimana penyelenggara program memilih unsur masukan, aktivitas proses pembelajaran, penelitian, dan penentuan prioritas hasil/keluaran berdasarkan pertimbangan kemampuan/ kapasitas yang dimiliki. 
    5. Efisiensi (Efficiency) yang mencakup Efisiensi (Efficiency), Efektivitas (Effectiveness) dan Produktivitas (Productivity). Dimana Efisiensi menunjuk tingkat pemanfaatan masukan (sumberdaya) terhadap hasil yang didapat dari proses pembelajaran, dan Efektivitas adalah tingkat ketercapaian tujuan program yang telah ditetapkan yang diukur dari hasil/keluaran program, sedangkan Produktivitas menunjukkan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dalam memanfaatkan masukan.

No comments: